Seorang teman pernah bercerita. Saat itu dia sedang berkunjung ke Universitas Riau di Pekanbaru. Terdapat sebuah rumah sakit jiwa tak jauh dari kampus tersebut, jadi bisa dikatakan tinggal di sekitar orang yang sakit jiwa. Suatu ketika, dia bertemu dengan pasien rumah sakit tersebut. Pasien tersebut bertanya, “Sudah berapa lama Pak sakitnya?” Teman tersebut heran dan bingung, “Ini mereka yang sakit, kenapa saya yang dituduh sakit?”
                Bukankah hal ini juga terjadi pada kita kawan-kawan?
                Ketika semua orang melakukan kesalahan dilingkungannya, sementara ada satu orang tidak. Namun justru si satu orang tersebutlah yang dikatakan orang yang jelek, buruk. Dikatakan sok suci, sok benar. Hal-hal itu dikatakan wajar, bahkan ketika ada yang mempertanyakan justru disuruh untuk memakluminya.

                Hal ini juga terjadi di lingkungan kampus. Kawah Candradimuka tempat intelektual muda digembleng. Lingkungan kampus yang seharusnya bersih kini tercoreng dengan berbagai perbuatan yang tidak pantas. Simple saja, TITIP ABSEN. TA saat ini bukanlah hal yang memalukan.  Dianggap suatu kewajaran, bahkan terang-terangan minta di TA-in dan dengan bangganya memberitahukan kepada orang lain kalau pernah melakukan tindakan tidak terpuji itu.  Dimana lagi rasa malu itu??

                Disini saya bukanlah orang yang sepenuhnya berintegritas. Tapi saya menjunjung tinggi dan berkomitmen tinggi untuk mengedepankan integritas dalam setiap kegiatan saya. Ini tekad saya. Silahkan pukul, tampar dan maki, jika saya melakukan perbuatan yang tidak terpuji. Saya tidak akan marah, saya akan memeluk anda dan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas teguran kerasmu itu kawan.
Dan Saya  berpesan kepada kawan-kawan mahasiswa, junjung terus integriitas dan idealisme mu kawan-kawan. Janganlah terbawa arus keburukan-keburukan dunia itu. Jadilah mahasiswa yang berada di jalan yang benar. Jangan membiasakan yang salah kawan-kawan.

Ada suatu quotes yang mengatakan, “Saat ini orang-orang berada terlalu kekanan, sehingga ketika saya ditengah, mereka mengatakan kalau saya ini kiri.”
Apa yang bisa dilakukan? Ngikut dengan mereka yang kekanan? Ataukan tetap ditengah menjaga nilai-nilai dengan konsekuensi dianggap sebagai orang jelek?

Ijinkan saya mengutip kata-kata dari Tan Malaka. Beliau pernah berkata, “Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda.”
Jika idealisme kawan-kawan hilang, kekayaan apa lagi yang bisa kalian banggakan?

Terima kasih

Salam



Sedikit penutup, seperti yang biasa saya letakkan di bawah tulisan sederhana saya,
“Lebih baik menulis jadi sampah, dari pada tidak menulis karena akan jadi sampah dipikiran. Dan lebih baik jadi mahasiswa menulis jelek dari pada jadi mahasiswa jelek karena tidak menulis.”
- Prof. Mubyarto, dengan sedikit pengubahan.